Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Bukti Reformasi Sistemik Berjalan, Bank NTT Tekan Kredit Bermasalah KUR Mikro Jadi 2,6%

Rabu, 23 April 2025 | 23:01 WIB Last Updated 2025-04-23T15:01:28Z




SUARAFLOBAMORA.COM - Sinar optimisme terpancar dari ruang rapat DPRD Nusa Tenggara Timur (NTT) ketika Pelaksana Tugas Direktur Utama Bank NTT, Yohanis Landu Praing, mengumumkan capaian penting: rasio kredit macet (NPL) untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro berhasil ditekan ke level 2,6%. 


Capaian ini bukan hanya angka statistik, melainkan bukti kerja keras dalam mengembalikan kepercayaan pusat terhadap institusi keuangan daerah.


Capaian tersebut menandai penurunan hampir 50% dari tahun sebelumnya yang sempat mencatatkan angka 5%. “Ini bukan kebetulan,” tegas Yohanis. 


Ia mengisyaratkan adanya pembenahan internal yang signifikan, termasuk evaluasi lapangan dan ketatnya proses seleksi nasabah, sejak akhir 2024 lalu.


Dengan penurunan rasio NPL ini, Bank NTT membidik kuota KUR hingga Rp1 triliun dari pemerintah pusat. Yohanis menyatakan, jika tren ini mampu dijaga selama tiga bulan ke depan, potensi kuota tambahan tersebut bisa menjadi kenyataan. Namun, ia menekankan bahwa keberhasilan itu akan sangat bergantung pada disiplin dan konsistensi tim di lapangan.


Lebih dari sekadar mengejar angka, reformasi Bank NTT juga diarahkan untuk memperkuat digitalisasi. Fokus utama bukan lagi pada kosmetik aplikasi, tapi pada integrasi sistem digital dalam layanan publik dan pengelolaan pajak daerah. “Kami dorong digitalisasi untuk mendongkrak PAD. Ini soal kedaulatan fiskal,” ujar Yohanis.


Langkah strategis ini juga sejalan dengan visi Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena yang mendorong hilirisasi ekonomi lokal dan reformasi birokrasi berbasis digital. Dalam konteks ini, Bank NTT mengambil peran ganda: sebagai lembaga keuangan dan sebagai instrumen pembangunan ekonomi daerah.


Namun, di tengah capaian ini, Bank NTT masih menghadapi tantangan pada aspek kepemimpinan. Hingga kini, posisi direktur utama masih dijabat oleh pelaksana tugas. Penetapan pimpinan definitif masih menunggu keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), yang belum memiliki tanggal pasti. 


“Kami menunggu arahan dari Pak Gubernur,” kata Yohanis, merujuk pada Gubernur Melki Laka Lena sebagai pemegang saham pengendali.


Dengan stabilnya rasio NPL dan penguatan peran digital, Bank NTT kini berada di titik balik strategis. Dari sekadar bank pembangunan, mereka berpotensi menjadi motor penggerak fiskal daerah, jika mampu menjaga kepercayaan pusat dan menjadikan efisiensi sebagai budaya kerja. ***